Breaking News

Anjlok Harga Bawang, Bukti Penguasa Dzalim



Oleh : Rizkya Amaroddini
(Jurnalis Media Oposisi)

     Mediaoposisi.com-  Anjloknya harga bawang merah membuat para petani menjadi rugi. Pasalnya dari Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) menyebut harga anjlok karena musim panen raya kecil. Sub Terminal Agro Desa Larangan, Harga bawang merah mengalami peningkatan Rp. 10 ribu per kilogram. Peningkatan ini terjadi di sentra atau lapak bawang merah di Brebes. Naiknya harga bawang merah diikuti dengan naiknya harga tebasan (borongan) bawang merah.

Tebasan juga harganya naik. Satu petak hasil 6 kuintal hingga 7 kuintal bawang merah harganya naik Rp 2 Juta, menjadi Rp 8 jutaper petak,� bebernya.

     Berapa kali rakyat mengalami penderitaan. Janji hanya tinggal janji. Apakah ini wujud pelayanan penguasa terhadap rakyat ? rakyat hanya di jadikan tumpuan meraih kekuasaan. Tak ayal jika kampanye hanya di jadikan kedok agar rakyat terlena dan memilihnya. Namun jika sudah menjabat,  janji hanya tinggal cerita. Inilah politik era kapitalisme, keuntungan harus di raih dengan menghalalkan segala cara.

     Janji ingin di lanjutkan pada 5 tahun kedepan. Kalau beralasan seperti itu, semua orang juga bisa. Tapi yang perlu di pertanyakan adalah � Apa saja yang sudah terealisasikan di 5 tahun terakhir ? " Apakah infrastruktur di jadikan prestasi di Indonesia ? Sadar bung, infrastruktur bukan prestasi. Coba lihat bagaimana penderitaan rakyat di luar sana. 

Para petani terus-menerus di buat rugi, gi mana tidak rugi. Pemerintah saja fokus terhadap ekspor dari luar Negeri, padahal notabennya Negara tersebut tidak punya SDA atau mereka hanya sekedar reseller dari Negara yang memproduksi.

Pemerintah abai terhadap rakyat, itu patut di sematkan dalam dekade akhir ini. Tak cukup dengan ulasan di atas yang  menggambarkan kebobrokan di Indonesia. Rakyat bisa menilai dengan jujur, seperti apa rezim saat ini !!  berbagai kebijakan telah menyengsarakan. Apa yang mau di harapkan lagi, jika penguasa saja hanya ingin mengambil keuntungan kepada rakyat. Habis manis sepah di buang, paribahasa itu yang cocok di sandangkan kepada para penguasa Negeri Indonesia. [MO/ra]

Tidak ada komentar