Breaking News

Emak-Emak Muslimah Pejuang

muslimah pejuang
Menjelang perang badar, seorang ibu menangis. Ia menangis setelah mengetahui putranya belum diizinkan Rasulullah ikut perang karena usianya masih terlalu muda.

Sang ibu yang ingin anaknya bisa melayani Rasulullah dan membela Islam itu tak menyerah. Ia memutar otaknya, bagaimana caranya agar sang putra bisa mencapai cita-cita mulia.

Ketika Rasulullah kembali ke Madinah, sahabiyah itu menghadap beliau. �Wahai Rasulullah, inilah anakku. Ia ingin melayanimu. Ia sudah bisa baca tulis dan sudah hafal 17 surat.�

Rasulullah menguji hafalan anak itu. Hasilnya membuat beliau terkesan, lantas diambillah ia sebagai asisten. Beberapa waktu kemudian ia menjadi sekretaris beliau. Disuruh belajar bahasa Suryani, ia menguasainya dalam waktu belasan hari. Disuruh belajar bahasa Ibrani, ia juga mengasainya dalam waktu belasan hari.

Kapasitasnya terus meningkat dari waktu ke waktu. Hingga dipilihlah ia menjadi sekretaris wahyu. Nama anak itu, Zaid bin Tsabit.

***

Saat perang Hunain, Thalhah melaporkan istrinya kepada Rasulullah. �Wahai Rasulullah, lihatlah apa yang dibawa istriku.�

Ternyata istrinya yang sedang mengandung itu membawa pisau melengkung. Seperti sabit.

Saat Rasulullah menanyakan untuk apa, Ummu Sulaim menjawab tegas. �Kalau ada tentara musuh yang mendekat, aku akan menyobek perutnya dengan pisau ini!�

Rasulullah tertawa mendengar ucapan shahabiyah pemberani ini.

***

Demikianlah gambaran muslimah sejati. Pemberani dan siap menghadapi segala resiko demi membela agama ini.

Hari ini, mungkin tak ada medan jihad seperti yang dihadapi Ummu Sulaim. Namun tetap terbuka banyak medan perjuangan untuk emak-emak muslimah. Mendidik anak seperti yang dilakukan ibunya Zaid bin Tsabit, misalnya.

Medan dakwah juga terbuka luas. Dengan menutup aurat dan memakai jilbab, emak-emak muslimah sudah mensyiarkan Islam. Dengan lisannya, ia bisa berdakwah mengajak teman dan tetangga untuk mengamalkan Islam. Dengan tulisannya, ia bisa berdakwah mengajak masyarakat luas untuk hidup di bawah naungan Al Quran. Bahkan dengan jempolnya, emak-emak muslimah dengan mudah berdakwah di dunia maya.

Gunakan seluruh potensi untuk dakwah. Gunakan Smartphone untuk menyebarkan ajaran Islam, gunakan akun medsos untuk membagikan dakwah Islam. Gunakan seluruh potensi yang ada. [Muchlisin BK/Alumni 212]

Tidak ada komentar