Breaking News

Rakyat Uighur Ingin Pindah ke Turki, "Erdogan dan Rakyatnya Sangat Peduli dengan Umat Muslim yang Tertindas"


Seorang pemimpin dari Kongres Uighur mengatakan Turki telah merawat orang Uighur, �seperti yang mereka telah lakukan pada pengungsi Suriah�.

Pada sebuah wawancara eksklusif, Rebiya Kadeer, Ketua dari Kongres Uighur Dunia, mengatakan �Turki telah memberi penampungan pada orang Uighur, yang lari dari penindasan China, seperti mereka merawat jutaan pengungsi yang lari dari Suriah,� kata Kadeer.

Kadeer berterimakasih pada Turki dan mengatakan �Orang-orang Turki berbagi roti mereka dengan orang Uighur, dan dengan orang Turkistan Timur. Keikhlasan Turki dan penduduknya dan kebaikannya terhadap mereka yang berada dalam masalah memberi kami harapan dan membuat kami senang. Erdogan dan rakyat Turki sangat peduli dengan umat muslim yang tertindas.�

Pemimpin terkemuka Uighur menyebut bahwa selama pertemuan mereka di Berlin, Kongres Uighur Dunia bertujuan keras untuk memproses migrasi orang Uighur dari Wilayah Otonomi Uighur Xinjiang menuju masyarakat internasional.

�Terdapat sekitar 1.500 orang Uighur di Kayseri saat ini,� Kadeer mengatakan. �Kami berterimakasih pada penduduk Kayseri yang menunjukkan persaudaraan mereka pada imigran.�

Kadeer � salah satu pemimpin Uighur terkemuka yang tidak setuju � juga mengatakan bahwa pemerintah China telah mencoba untuk �mendemonstrasikan orang Uighur sebagai teroris�, yang bermigrasi �hanya untuk memenuhi tugas keagamaan mereka�.

�Terdapat persepsi konstan yang dikelola oleh China dan itu merupakan sebuah keadaan teror,� dia menambahkan.

Banyak suku Turki merujuk pada Wilayah Otonomi Uighur Xinjiang China � rumah bagi banyak kelompok etnis minoritas, termasuk orang Uighur Turki.

Usaha China Menghapus Identitas Etnis Muslim Uighur


Mereka percaya bahwa Uighur merupakan diantara sejumlah suku Turki yang menghuni wilayah itu, dan memutuskan mereka menjadi bagian dari Asia Tengah, bukan China.

Pada Juni 2015, secara luas dilaporkan bahwa China telah melarang Ramadhan di bagian Wilayah Otonomi Uighur Xinjiang bagi anggota partai, pegawai sipil, pelajar dan guru.

Pada 2014, pemerintah mengeluarkan peringatan pada karyawan dan pelajar untuk tidak berpuasa selama bulan suci tahun itu.

China juga dilaporkan telah melarang pria untuk memiliki janggut panjang, melarang kegiatan pendidikan agama, dan mengambil tindakan untuk mengontrol pintu masuk dan keluar masjid-masjid.

Pada Januari 2015, pelarangan itu diperluas dengan melarang penggunaan cadar di tempat umum. Uighur, sebuah kelompom Turki yang berjumlah 45 persen dari populasi Xinjiang, menuduh China melakukan kebijakan penindasan yang melarang aktivitas keagamaan, komersial dan budaya.(ins)

Tidak ada komentar