Dewan Ulama Thariqah Indonesia | Gerakan Politik Vs Gerakan Nurani
GERAKAN POLITIK VS GERAKAN NURANI
*Oleh: Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah Ar Rabbani
Semakin hari semakin lebar jurang antar umat di indonesia, dan setiap hari selalu bermunculan bibit kebencian serta perpecahan, seakan menjadi sebuah bacaan novel yang selalu ada sambungannya seperti sinetron sinetron yang memiliki ratusan episode.
Memang negara kita baru belajar demokrasi tapi bukan berarti orang lagi belajar dapat “dibodohi”. Rakyat sudah dapat memilih pemimpin dengan hatinya bukan berdasarkan logika logika bodoh politikus. Tetapi, justru rakyat yang baru belajar memakai hatinya dalam berpolitik, dimanfaatkan dengan kelompok kelompok politik tertentu untuk merengkuh hati rakyat dengan isu isu yang membuat hati tersentuh secara emosional. Sehingga tidak tanggung tanggung menjadikan rakyat terhanyut latah dan melupakan “dosa dosa” politik kelompok tersebut.
Maka sudah sepantasnya kita lebih bijak untuk membedakan antara gerakan politik dan gerakan nurani, isu teroris yang seharusnya menjadikan kita lebih sadar akan perlunya kerjasama antar umara dan ulama dalam meredam “pemahaman pemahaman” menyimpang, malah dipolitisir menjadi isu politik yang seharusnya ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan waktu dan kondisi yang sudah ditentukan dalam aturannya masing masing.
Isu teroris semestinya disikapi dengan arif dan bijak, dibutuhkan sebuah pemikiran matang yang masih dapat bekerjasama dengan nuraninya, sehingga dalam mencari solusi tidak harus mencekal sebuah kelompok dengan tudingan tudingan kosong penuh kebencian.
Siapa yang tidak marah dan kesal mendengar apalagi menyaksikan peristiwa peristiwa teror yang memakan korban jiwa seakan nyawa manusia lebih murah daripada harga sembako, namun apakah pernah kita berfikir jika peristiwa peristiwa teror tersebut terjadi bukan disebabkan “manusianya”, namun 100% lebih dikarenakan dari sebuah pemahaman yang salah, dan pemahaman itu tidak akan pernah dikalahkan dengan senjata atau politik saja, tetapi butuh sebuah gerakan nurani bangsa. Dimana gerakan itu adalah gerakan yang harus dimotori oleh umara dan ulama, jika tidak maka tujuh keturunan pun bangsa ini tidak akan pernah lepas dari legenda “teroris”.
Gerakan Nurani Bangsa, merupakan sebuah tindakan harmoni antara umara dan ulama perpaduan antara hati dan tangan yang berangkat dari rasa keadilan sesama manusia, dengan cara mengembalikan nilai nilai agama dan berbangsa kepada poros ketuhanan, sebab suatu bangsa tidak akan pernah berdiri tanpa nilai nilai ketuhanan, dan ketika suatu bangsa lebih mengedepankan politik tanpa menggandeng nilai nilai ke Tuhanan, maka tidak butuh waktu lama Bangsa itu akan hancur. Hancur bukan karena kemiskinan namun hancur karena ketidakseimbangan antara pemikiran dan nurani, ulama dilecehkan dan para pemimpin direndahkan.
Tidak ada kata terlambat bagi Bangsa dan Negara ini untuk bangkit dari segala aspek kehidupannya, yakni dengan mulai belajar untuk memisahkan gerakan politik dan gerakan nurani, sehingga kita dapat melihat peristiwa demi peristiwa dengan kaca mata yang pas serta dapat melahirkan tindakan tegas dan cepat tanpa mesti harus bertabrakan satu sama lain. Keseimbangan “berfikir” dan “merasa” tetap menjadi resep kemesraan dalam ber Bangsa dan ber Negara hingga bangsa ini tetap utuh dan semakin dewasa di mata dunia dan di mata Tuhan.
*Rais Mustasyar Dewan Ulama Thariqah Indonesia ( DUTI )
Selanjutnya:
Tidak ada komentar