Puji Barang-barang Asal China, Mendag Enggar Tegaskan Tak Bisa Larang Impor
Kementerian Perdagangan menyatakan tidak akan bisa menahan laju produk impor masuk ke Indonesia. Maka dari itu, hal ini menjadi tantangan produsen dalam negeri untuk meningkatkan kualitas produk agar bisa bersaing.
Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita, mencontohkan barang dari negeri China memiliki kualitas yang baik serta relatif terjangkau. Itu menjadi faktor mengapa produknya mendapat tempat di hati konsumen Indonesia.
"Saya tidak mungkin menghentikan arus barang masuk (ke Indonesia), karena kita sudah menjadi bagian dari perdagangan dunia," katanya saat mengunjungi Kota Bandung, Kamis (30/5).
"Dalam trade war (perang dagang), ada (hal yang terjadi) yakni pelemahan ekonomi dunia, daya beli dunia lalu kedua arus barang masuk," lanjutnya.
Dia mengimbau kepada perusahaan dalam negeri untuk bisa berdaya saing dengan meningkatkan kualitas. Menteri Enggar mengklaim tren positif ini sudah terjadi di Indonesia, meski harus terus didorong.
Salah satu indikatornya, di bidang kuliner, banyak bermunculan kafe yang dimiliki pengusaha lokal ramai dikunjungi konsumen. "Konsumsi domestik harus didorong, tapi harus diisi produk lokal, brand lokal. Saya tidak anti asing, tetapi alangkah baiknya yang lokal berkembang," kata dia.
Pemerintah sendiri siap untuk mendukung perkembangan merek lokal. Terlebih apabila produk-produk yang dihasilkan bisa diekspor ke luar negeri. "Saya pernah bicara dengan mereka, saya bilang sudah ekspor belum. Kalau belum, silakan ekspor. Kesulitannya apa, nanti saya bantu. Karena saya berkepentingan setiap dollar masuk, menambah devisa," ujarnya.
Turunkan Harga Dengan Impor
Dalam kesempatan itu, Menteri Enggar mengklaim berhasil menurunkan harga bawang putih yang sempat meroket di pasaran. Hal itu tidak terlepas dari kebijakan impor sebanyak 69.000 ton.
Saat ini, harga bawang putih kembali di kisaran Rp35.000 setelah pada awal bulan Ramadan mencapai Rp80.000 sampai Rp100.000 per kilogram. Dia menyatakan komoditas yang diimpor didistribusikan kepada toko ritel modern untuk kembali dijual ke masyarakat dengan harga normal.
"Dalam dua bulan kita tugaskan ritel modern untuk intervensi," terangnya.
Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menjelaskan hasil impor yang telah disepakati sebanyak 226.000 ton. Namun, yang baru masuk sebanyak 69.000 ton.
"Kemarin 22 perusahaan (importir swasta) sudah dapat rekomendasi untuk impor (bawang putih) 226 ribu ton," katanya.
Sisanya akan dilakukan bertahap pada tahun ini juga mengingat tingginya kebutuhan di masyarakat. Dalam setiap tahun, lanjut Oke, kebutuhan bawang putih secara nasional mencapai 450.000 ton. "Jadi mereka (importir) pasti mengatur, kedatangannya kapan," ucapnya.
Selain itu, pihaknya sudah menyiapkan impor daging sapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan bekerjasama bersama Pemerintah Brasil. Dia menyebut daging dari negara Brasil laik konsumsi, harganya pun murah dibandingkan dengan daging dari Australia.
"Sudah diizinkan impor. Kita hanya menunggu rekomendasi dari Kementan (Kementerian Pertanian)," pungkasnya.-
Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita, mencontohkan barang dari negeri China memiliki kualitas yang baik serta relatif terjangkau. Itu menjadi faktor mengapa produknya mendapat tempat di hati konsumen Indonesia.
"Saya tidak mungkin menghentikan arus barang masuk (ke Indonesia), karena kita sudah menjadi bagian dari perdagangan dunia," katanya saat mengunjungi Kota Bandung, Kamis (30/5).
"Dalam trade war (perang dagang), ada (hal yang terjadi) yakni pelemahan ekonomi dunia, daya beli dunia lalu kedua arus barang masuk," lanjutnya.
Dia mengimbau kepada perusahaan dalam negeri untuk bisa berdaya saing dengan meningkatkan kualitas. Menteri Enggar mengklaim tren positif ini sudah terjadi di Indonesia, meski harus terus didorong.
Salah satu indikatornya, di bidang kuliner, banyak bermunculan kafe yang dimiliki pengusaha lokal ramai dikunjungi konsumen. "Konsumsi domestik harus didorong, tapi harus diisi produk lokal, brand lokal. Saya tidak anti asing, tetapi alangkah baiknya yang lokal berkembang," kata dia.
Pemerintah sendiri siap untuk mendukung perkembangan merek lokal. Terlebih apabila produk-produk yang dihasilkan bisa diekspor ke luar negeri. "Saya pernah bicara dengan mereka, saya bilang sudah ekspor belum. Kalau belum, silakan ekspor. Kesulitannya apa, nanti saya bantu. Karena saya berkepentingan setiap dollar masuk, menambah devisa," ujarnya.
Turunkan Harga Dengan Impor
Dalam kesempatan itu, Menteri Enggar mengklaim berhasil menurunkan harga bawang putih yang sempat meroket di pasaran. Hal itu tidak terlepas dari kebijakan impor sebanyak 69.000 ton.
Saat ini, harga bawang putih kembali di kisaran Rp35.000 setelah pada awal bulan Ramadan mencapai Rp80.000 sampai Rp100.000 per kilogram. Dia menyatakan komoditas yang diimpor didistribusikan kepada toko ritel modern untuk kembali dijual ke masyarakat dengan harga normal.
"Dalam dua bulan kita tugaskan ritel modern untuk intervensi," terangnya.
Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menjelaskan hasil impor yang telah disepakati sebanyak 226.000 ton. Namun, yang baru masuk sebanyak 69.000 ton.
"Kemarin 22 perusahaan (importir swasta) sudah dapat rekomendasi untuk impor (bawang putih) 226 ribu ton," katanya.
Sisanya akan dilakukan bertahap pada tahun ini juga mengingat tingginya kebutuhan di masyarakat. Dalam setiap tahun, lanjut Oke, kebutuhan bawang putih secara nasional mencapai 450.000 ton. "Jadi mereka (importir) pasti mengatur, kedatangannya kapan," ucapnya.
Selain itu, pihaknya sudah menyiapkan impor daging sapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan bekerjasama bersama Pemerintah Brasil. Dia menyebut daging dari negara Brasil laik konsumsi, harganya pun murah dibandingkan dengan daging dari Australia.
"Sudah diizinkan impor. Kita hanya menunggu rekomendasi dari Kementan (Kementerian Pertanian)," pungkasnya.-
loading...
loading...
Loading...
Tidak ada komentar