Potret Polisi Sebagai Boneka Penguasa Membungkam Para Jurnalis
Rizkya Amaroddini
(Jurnalis Media Oposisi)
Mediaoposisi.com- Dua wartawan yakni fotografer media Tempo Prima Mulia dan jurnalis freelance Iqbal Kusumadireza diduga dipukul oleh polisi saat sedang meliput peringatan hari buruh internasional yang berpusat di Gedung Sate, Bandung.
Sekitar 11.30 WIB Reza berkeliling memantau kondisi pergerakan massa buruh yang akan berkumpul di Gedung State. Saat tiba di Jalan Singaperbangsa, sekitar Dipatiukur, Bandung mereka melihat ada keributan antara polisi dengan massa yang didominasi berbaju hitam-hitam. Mereka juga mengaku melihat massa berbaju hitam tersebut dipukuli oleh polisi.
Melihat kejadian tersebut, keduanya langsung membidikkan kamera ke arah kejadian tersebut. Setelah pindah lokasi untuk mengabadikan gambar yang lain, Reza mengaku dipiting oleh seorang anggota polisi.
"Saya dibentak dan ditanya 'dari mana kamu?'. Saya jawab 'wartawan' dan menunjukkan ID pers," kata Reza lewat keterangan tertulis, Rabu (1/5).
Polisi tersebut, kata Reza, malah mengambil kamera yang ia pegang sambil menginjak lutut dan tulang kering kaki kanannya berkali-kali. Kaki kanan Reza pun mengalami luka dan memar. polisi tersebut menghapus sejumlah gambar yang sudah diabadikan Reza.
"Sebelum kamera diambil juga udah ditendang-tendang. Saya mempertahankan kamera saya. Sambil bilang saya jurnalis," kata Reza.
"Sebelum kamera diambil juga udah ditendang-tendang. Saya mempertahankan kamera saya. Sambil bilang saya jurnalis," kata Reza.
Prima Mulia mengalami hal yang sama. Hanya saja, Prima tidak mendapat kekerasan fisik dari polisi. Prima mengaku disekap oleh tiga orang polisi. Dia diancam dan foto-fotonya dihapus.
"Salah satu polisi itu nanya 'Mau diabisin?'" kata Prima.
Sungguh miris bukan, polisi yang seharusnya melindungi sekarang menjadi boneka para penguasa. Mengapa ? Agar kebenaran tidak terungkap sehingga para penguasa akan melakukan berbagai cara agar citranya tetap baik, sekalipun harus ada penyiksaan dan penangkapan bagi jurnalis, wartawan, dan rakyat yang menyuarakan kebenaran.
Sungguh miris bukan, polisi yang seharusnya melindungi sekarang menjadi boneka para penguasa. Mengapa ? Agar kebenaran tidak terungkap sehingga para penguasa akan melakukan berbagai cara agar citranya tetap baik, sekalipun harus ada penyiksaan dan penangkapan bagi jurnalis, wartawan, dan rakyat yang menyuarakan kebenaran.
Kian hari bukti semakin berjajar, akankah ada keadilan ?
Keadilan seoah-olah sirna, menyisakan kedzaliman. Jajaran kepolisian takut jika mereka tidak berbuat demikian, why ?
Karena mereka takut gelar polisi, jabatan, bahkan pekerjaan itu akan di copot.
Tapi mereka lupa bahwa mereka menumbalkan rakyat demi ambisius mereka.
Perlu saya tanyakan � Apakah Polisi itu melindungi rakyat ataukah menjadi pembunuh berdarah dingin? �
Bukankah wartawan atau pun jurnalis termasuk bagian dari rakyat, pembedanya hanya pada mereka berani menyuarakan kebenaran dan berani mengambil resiko yang berbahaya.
Namun seolah semua sudah di setting, sehingga kepolisian yang seharusnya menjadi pelindung justru menjadi boneka penguasa.
Ini hanya beberapa bukti yang terkuak, bagaimana dengan berita yang belum terkuak ?
Sampai kapan semua ini akan terus di derita rakyat ?
Wahai rakyat, akankah dirimu diam saja sedangkan mereka terus membuat penderitaan bagi kalian ? [MO/ra]
Tidak ada komentar