Breaking News

Surat Cinta Untuk Ayahanda Tercinta Habib Rizieq Shihab Dari Yogi Nugraha

Kamis, 21 Maret 2019

Faktakini.com

Surat Cinta untuk Ayahanda Tercinta Habibana Muhammad Rizieq Syihab  (Singa Allah dari Negeri Timur)

From ; Yogi Nugraha

Sungguh mencintaimu merupakan suatu kehormatan bagi diriku, karena dengan mencintaimu aku berharap bisa mendapat syafa'at dari kakekmu. Meskipun engkau tidak pernah berhenti dicaci, dimaki, difitnah, dikriminalisasi, dibully, dan dizalimi itu tak akan pernah membuat pudar cintaku padamu. Wahai Singa Allah dari Negeri Timur, cucu kandung Baginda Nabi Agung Rasulullah Muhammad SAW, Habib Dr. Muhammad Rizieq Shihab, Lc. MA. DPMSS.

Masa-masa yang sangat indah dan tak akan pernah terlupakan bersamamu adalah saat terjadi Aksi Bela Islam pada 4 November 2016 (411). Saat itu, setelah shalat Jum'at, di Masjid Istiqlal Jakarta nampak suara engkau memberikan arahan supaya aksi berjalan tertib, saat itu juga engkau memimpin melantunkan Mars Aksi Bela Islam yang semakin menambah semangat peserta aksi..

Suasana aksi 411 yang damai tersebut berubah setelah waktu Isya. Dikarenakan ada sekelompok kecil massa yang melakukan provokasi, luar biasanya ternyata para laskar dari Front Pembela Islam pasang badan membuat barisan untuk melindungi blokade polisi. Engkau yang berada di mobil komando terus memberikan intruksi untuk tetap tenang dan jangan terpancing emosi.

Sungguh Habib, ketahuilah aku selalu meneteskan air mata ketika melihat tayangan brutalnya aparat dalam membubarkan peserta aksi, apalagi saat gas air mata itu diarahkan tepat ke mobil komando dimana engkau tepat berdiri, terutama aku sangat mengkhawatirkan keselamatan engkau, wahai cucu kandung Baginda Nabi Agung Rasulullah Muhammad SAW.

Sungguh aku sangat kagum khususnya kepada keberanianmu dalam memimpin aksi saat itu, Ghirah Islamiyyah dan Ruhul Jihad mu mampu membangkitkan semangat umat dalam membela agama. Seandainya bukan karenamu, siapa yang akan memimpin selama Aksi Bela Islam?

Perjalanan hidupmu sungguh sangat romantis dengan lika-liku perjuangan, diawali dengan lahirnya bintang kejora di tanah Laskar Si Pitung pada 24 Agustus 1965. Engkau terlahir dari nasab yang sangat mulia, Habib Husein Shihab nama ayahmu, seorang aktivis sekaligus 'pemberontak' yang nekat terhadap penjajah pada zamannya. Sementara ibumu, Syarifah Sidah Al-Aththas, putri Habib Alwi Al-Atthas, seorang penegak Amar Ma'ruf Nahi Munkar berjuluk Macan Petamburan.

Mengawali masa kecil dengan maniak mengaji, mulai tampil beda dan semakin berbeda saat menginjak masa remaja, berdebat dengan gurumu sendiri seorang pendeta saat usiamu 10 tahun. Saat beranjak dewasa engkau pelajari silat sebagai tradisi kewajiban ulama dan jawara. Engkau yang mewarisi genetik tokoh dunia, cucu pitung, cucu Habib Alwi Al-Atthas, Putra Habib Husein bin Shihab, cucu sayyidina Husein RA, cucu Sayyidina Ali bin Abi Thalib, dan tentunya cucu kandung Baginda Nabi Agung Rasulullah Muhammad SAW.

Engkau yang pernah merantau ke Sumatera untuk bekerja, engkau yang mendapatkan beasiswa untuk belajar di King Saud University, engkau yang pernah sambangi tokoh ulama dunia Abuya Prof. Dr. Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki, engkau yang selalu menyibukkan aktivitas dengan menuntut ilmu dan tumpukkan kitab, hingga akhirnya engkau melepas masa lajang saat usiamu 22 tahun.

Engkau lewati masa hidupmu dengan sederhana, atap bambu menjadi saksi perjuangan rumah tanggamu, ketujuh putrimu lahir dan tumbuh dalam sebuah kondisi perjuangan dan pengorbanan cukup berat. Engkau yang pernah menjadi kepala sekolah Aliyah Jami'at Khaer yang berlokasi di KH. Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Asa Bundamu di Markaz Syariah akan menjadi monumen sejarah perjuanganmu, berbagai kegiatan sosial telah engkau lalui, saat Aceh dilanda Tsunami Desember 2004, engkau tinggalkan istri dan anakmu untuk mengangkat puluhan ribu mayat, begitupun dengan bencana yang terjadi di daerah lainnya, engkau selalu berkontribusi untuk membantu.

Engkau yang memiliki sederet guru dan bertaburan ilmu, rajanya buku dari petamburan, seorang Mufti Besar Sulu Philipina, sehingga dibelakang namamu tertera gelar DPMSS (Datuk Paduka Maulana Syar'i Sulu). Engkau yang pernah ditembak sniper saat perjalanan dakwah di jalan S Parman, Jakarta Barat.

Engkau yang pernah menyongsong maut di atas sampan saat perjalanan dakwah, engkau yang pernah masuk penjara pada tahun 2002, engkau yang pernah masuk penjara ke 2 pada 2003, dan engkau yang pernah masuk penjara ke 3 kalinya pada 2008, seolah namamu berada didalam barisan para ulama tingkat dunia yang pernah masuk penjara juga.

Engkau yang selalu bilang bahwa dalam perjuangan pasti ada resikonya, namun engkau selalu menguatkan para laskarmu, karena bagimu di fitnah merupakan sesuatu yang biasa, jika di bunuh mudah-mudahan syahid, jika di penjara niatkan 'uzlah, dan jika di buang anggap saja tamasya.

Saat keluar dari penjara, ternyata urat takutmu laksana putus, engkau tetap melakukan Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Engkau yang telah melahirkan karya spektakuler dengan mendirikan Front Pembela Islam (FPI) yang dideklarasikan pada 17 Agustus 1998, meskipun ormasmu banyak mendapat tuduhan, tetapi engkau buktikan dengan karya lahirkan beribu jasa.

Engkau tidak kenal lelah untuk persatukan umat dan bangsa, engkau usir preman Ketapang, engkau pun gadai nyawa di Ambon dan Poso, engkau usap duka di Aceh, engkau tenggelamkan majalah playboy, engkau juga sadarkan beberapa jama'ah Ahmadiyah, ormasmu FPI selalu siaga bencana, ormasmu lakukan kegiatan bedah kampung dan program Go Green.

Aksi Bela Islam I, II (411), dan III (212) menjadi aksi terbesar di dunia, dan aksi super damai tersebut menjadi sejarah dalam tinta emas peradaban manusia, sehingga umat tidak berlebihan memberikan gelar kepadamu sebagai Imam Besar Umat Islam Indonesia. Namun, meskipun karyamu begitu banyak untuk umat dan bangsa ini, tetap saja engkau tidak luput dari mega fitnah dan bully.

Pada 24 Agustus 2018 silam mungkin umurmu tidak muda lagi, tetapi semangatmu dalam membangkitkan ruhul jihad umat tidak pernah padam, ditanganmu panji-panji Islam berkibar dengan perkasa di bawah langit ibu pertiwi.

Melalui tulisan ini aku hanya ingin menyapa keadaan dirimu, dalam momentum miladmu kali ini mungkin aku belum bisa memberikan sesuatu yang lebih untukmu, aku hanya ingin menitipkan tulisan sederhana ini semoga sampai kepadamu yang sedang berada di tanah suci Makkah al-Mukaromah.

Pesan yang ditulis dengan penuh kerinduan, cinta dan keta'dhiman ini mungkin bisa mewakili sekian juta orang yang ada di bumi pertiwi, yang merindukan saat-saat indah bersamamu. Wahai Habib, semoga engkau diberikan kesehatan selalu, panjang umur, keberkahan rezeki dan dimudahkan dalam segala perjuangan dan urusanmu.

Salam Ta'dhim.

CIAMIS,  15 RAJAB 1440 H / 21-03-2019

Tidak ada komentar