Breaking News

Cucu Pendiri NU Sebut Pelaporan Said Aqil untuk Pelajaran


Garda Keadilan - Cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hasyim Asy'ari, Irfan Yusuf Hasyim alias Gus Irfan menanggapi pelaporan terhadap Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj. Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno itu menilai laporan kepolisian tersebut sebagai pelajaran bagi para penyebar hoaks.

"Saya kira bagus itu untuk pembelajaran kepada semua pihak, terutama yang sering mengumbar info hoaks, cenderung fitnah," kata Irfan kepada CNNIndonesia.com melalui pesan singkat, Kamis (21/3).

Dia juga menyinggung soal video viral beberapa waktu lalu yang merekam pertemuan para kiai dengan Ma'ruf Amin.

Dalam video itu seorang ulama mengatakan jika Ma'ruf tidak menjadi wakil presiden pada Pilpres 2019, maka NU bisa menjadi fosil. Bahkan menurutnya, kegiatan zikir di Istana Negara tak pernah digelar lagi.

Menurut Irfan, semua yang disampaikan itu adalah fitnah semata tanpa bukti. Mereka hanya bertujuan menyebar hoaks.

"Beberapa hari lalu ada video yang beredar, kalau Prabowo menang, pesantren menjadi fosil, tahlil hilang. Semua itu juga fitnah," katanya.

Irfan sempat ingin melaporkan fitnah dan hoaks tersebut ke aparat kepolisian. Namun dia kecewa dengan penanganan kasus yang dilaporkan pihaknya selama ini.

"Cuma kita berhitung, selama ini laporan tentang pihak sebelah (yang kami laporkan) lamban prosesnya," kata dia.

Said Aqil dilaporkan ke polisi oleh Ketua Koordinator Laporan Bela Islam (Korlabi) Damai Hari Lubis, Senin (18/3). Laporan itu didasari pernyataan Said yang menyebut di kubu calon presiden Prabowo Subianto terdapat kalangan radikal.

Laporan itu teregistrasi dengan nomor LP/B/0309/III/2019/BARESKRIM tertanggal 18 Maret 2019.

Damai menduga Said Aqil melakukan ujaran kebencian lewat pernyataannya di sebuah acara televisi swasta. Menurutnya, pernyataan Said juga terindikasi sebagai kampanye negatif karena dianggap menyudutkan salah satu pasangan calon.

"Said menyatakan di dalam kelompok 02 terdapat orang radikalis, ektremis, dan teroris," kata Damai kepada CNNIndonesia.com, Rabu (20/3).

Tidak ada komentar